Kamis, 15 September 2011

Facebook; Sarana Melatih Kecerdasan dan Kejujuran


"Facebook membantu anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang dalam kehidupan anda. Facebook helps you connect and share with the people in your life. يساعدك فيس بوك على التواصل والتشارك مع كل الأشخاص في حياتك". Kata-kata itulah yang akan kita temui pada saat awal kita masuk facebook dan pada saat kita masuk pada vitur bantuan yang disediakan facebook.
Dari sana kita dapat menarik garis besar bahwa fungsi utama facebook adalah sebagai penghubung, penyambung, dan perekat hubungan kita sebagai manusia. Menghubungkan kita pada orang-orang yang sudah kita kenal, menyambungkan kita pada orang-orang yang sudah putus hubungan dengan kita atau bahkan pada orang-orang yang belum kita kenal dan juga merekatkan hubungan kita yang sudah terjalin.
Hal ikhwal seperti itu sudah menjadi rahasia umum dan sudah terbiasa dinikmati dan disantap oleh seluruh pengguna facebook (baca: facebooker) sedunia. Sehingga secara sepintas, mereka langsung  memberi penilaian bahwa facebook adalah media jejaring sosial yang sangat praktis, ekonomis, romantis, menyenangkan dan selalu menyuguhkan nilai-nilai positif dalam kehidupan mereka yang kadang membuat mereka lupa dan lalai bahwa facebook juga mempersembahkan nilai-nilai negatif.
Namun disamping penilaian mereka kita juga menemukan penilaian sensitif eksklusif (baca: memandang sebelah mata) sebagian kecil masyarakat akademis fundamentalis . Mereka mengatakan bahwa menggunakan facebook adalah haram dan sangat tidak dibenarkan dalam ajaran islam. Karena facebook dapat menjadi jalan untuk terbukanya ruang kemaksiatan.
Lebih bijaknya menurut hemat penulis adalah penilaian Dr. Said Aqil Siroj. Dengan bijaknya beliau menyatakan bahwa "facebook itu seperti pisau dapur". Dalam artian facebook tidak hanya menyimpan nilai-nilai negative yang dapat mejadi jalan untuk kemaksiatan, tapi facebook juga sangat banyak menyimpan nilai-nilai positif dalam kehidupan kita. Semuanya dikembalikan pada pengguna dan penikmatnya. Seberapa besar ia menguasai facebook dan seberapa kecil ia dikuasai facebook atau malah sebaliknya?
Maka dari itu, sebagai bentuk kecintaan dan penguasaan penulis terhadap facebook yang sudah lama penulis geluti dan cicipi, penulis ingin menyingkap dan membuka dua hal positif yang tersembunyi dalam rahim facebook,(ia walaupun kedua hal itu sejatinya sudah tersingkap dan terbuka tapi belum tersadari) yaitu dengan facebook kita dapat melatih kecerdasan berfikir, kecerdasan bertindak dan kecerdasan social. Dan yang kedua dengan facebook kita juga melatih kejujuran pada diri sendiri dan orang lain.
Berdiskusi tukar pikiran dan sharing adalah bagian dari cara untuk mengasah dan mencerdasankan fikiran. Status yang kita tulis sejatinya adalah sebagai bentuk dari presentasi ide yang sedang kita pikirkan. Kemudian komentar,pertanyaan dan tanggapan adalah sebagai bentuk diskusi dan tukar pikiran tentang tema status. Pada saat menanggapi komentar dan pertanyaan kita dituntut untuk berfikir  jernih dan merenung untuk memberikan tanggapan dan jawaban yang ilmiah, logis, argumentatif dan mengedepankan kebenaran.
Nah, disinilah kita akan mengasah kecerdasan berfikir. Disamping itu  kita juga melatih kecerdasan bertindak dan bersosial. Yaitu ketika kita mendapati komentar dan pertanyaan kita tidak serta merta untuk langsung menanggapinya, kita butuh berfikir dan merenung lagi untuk memberikan tindakan yang baik dan tidak menyinggung dan menyakiti. Karena hal demikian merupakan bentuk dari diskusi sebagai mana disebutkan diatas maka dituntuk untuk mengedepankan tatara dan nilai-nilai dalam berdiskusi. Agar diskusi betul-betul ilmiah dan beradab.
Jujur adalah mengatakan dan menyampaikan apa adanya sesuai dengan alam nyata. Boleh dikata jujur juga meletakkan sesuatu pada tempatnya. Semua orang dituntut untuk selalu jujur dalam kehidupan sehari-seharinya baik pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain siapapun orangnya dimanapun mereka berada, didepan lawan bicara ataupun berada jauh darinya, dan dengan cara apapun baik secara lisan ataupun tulisan.
Mungkin banyak diantara kita yang memiliki pemikiran negative  dan bahkan memperaktekkan ketidak jujuran dalam bentuk tulisan. Pasalnya, menyampaikan sesuatu pada orang lain lewat tulisan dengan ketidak jujuran tidak terlalu beresiko dan ketimbang mengatakannya secara langsung didepan matanya. Padahal, kalau boleh kita menyelam lebih dalam untuk berfikir secara jernih kita akan menemukan kesimpulan bahwa ketidak jujuran yang disampaikan secara tulisan lebih banyak mengandung mafsadah daripada menyampaikannya secara langsung dihadapannya. Lawan bicaranya yang dajikan koraban kebiasan ketidak jujurannya akan lebih merasa dipermainkan, disakiti dan dikecewakan.
Facebook sebagai media tulis untuk menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikan seharusnya kita jadikan sebagai sarana untuk melatih kejujuran, dengan menulis status yang sesuai dengan kenyataan, menanggapi komentar dengan baik dan benar dan menjawab pertanyaan apa adanya tanpa dimodifikasi dengan kebohongan. Karena bagaimana pun kejujuran tetap harus menjadi tuntutan tanpa terkontamenasi oleh ruang, waktu dan objek. Dengan begitu berarti kita selamat dari kebohongan yang lebih kejam daripada kebohongan yang disampaikan secara langsung, dan juga kita selamat dari  vonisan sebagai orang yang munafik kelas berat. Karena orang yang jujur disaat berhadapan dengan lawan bicaranya kemudian berhohong dibelakangnya sangat lebih munafik dan jahat.
Marilah kita memulai untuk selalu berkata dengan jujur walaupun itu pahit, dimanapun, pada siapapun dan dengan dimensi apaun. Karena konsekwensi dari ketidak jujuran adalah sangat buas dan sadis yang akan memangsa hidup kita dan hidup orang yang dijadikan korban ketidak jujuran kita. Wallahu a'lam
Selamat mencoba……!                                 


Mohammad Hafidz Anshory  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar