Minggu, 12 Juni 2011

Ibu Adalah Manusia Luar Biasa



Ibu adalah manusia luar biasa dimata dunia. Betepa tidak. Spirit juangnya sungguh mengagumkan menjadikan dunia terbelalak dibuatnya. Entah, gelar apa yang layak untuk disandangnya. Pahlawan, pejuang, revolusioner dan gelar-gelar yang lainnya, semua itu tak cukup dan tak sebanding dengan perjuangannya yang sudah ia dedikasikan untuk mengayomi, mendidik dan merawat anak-anaknya dengan penuh keiklasan dan tanpa kenal lelah sepanjang masa.

Sungguh dahsyat pengorbanan beliau. Jatuh bangun bangun jatuh beliau dibuatnya. Mulai dari mengandung sampai ia dikandung tanah, pekerjaan pokoknya tiada lain kecuali hanya untuk menjadikan anaknya tumbuh menjadi anak yang dewasa, bermoral, beradap dan berguna bagi agama nusa dan bangsa. Luar biasa. Masya Allah lam yasya' lam yakun.  

Bukti konkrit-historis juga bisa dilacak ulang dalam sebuah diskusi tertutup yang terjadi pada bapak revolusioner kita Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam dengan salah satu sahabatnya radiyallahu anh. Yang mana ending dari diskusi tertutup itu adalah mensinyalir bahwa ibu adalah manusia luar biasa, yang derajatnya
jauh diatas manusia yang lainnya.    

Tak sekedar itu, keagungan posisi ibu dimata Allah sungguh luar biasa. Beliau sebagai wakil Allah di bumi. Beliau adalah sosok yang sangat menentukan status manusia dimata Allah. Layakkah mereka merasakan kasih sayang Allah  atau tidak? Itu tergantung ibu. Hal itu terbukti bahwa kasih sayang Allah  dan murka-Nya digantungkan pada kedua orang tua terutama ibu. Sehingga sangatlah masuk akal jika jaminan tiket masuk surga hanya didapat ditelapak kaki ibu.

Cerminan dari keridloan Allah yang digantungkan pada keridloan ibu dapat disingkap lebar dalam sejarahnya Alqomah. Betapa ia sekarat dalam menemui ajalnya. Betapa  sulit ia mengucapkan lailaha illallahu. Padahal ia tergolong sahabat yang baik dan rajin menanam benih kebaikan. Hanya karena retaknya hubungan antara ibu dan anaknya itu yang membuat ibunya enggan melontarkan satu kata ridlo menjadikan ia  sengsara tujuh keliling dalam menempuh ajalnya. Menjadikan ia berada diantara hidup dan mati. Walaupun pada akhirnya ia bisa melaluinya dengan penuh ketenangan, setelah usaha Nabi Muhammad untuk mengemis pada ibunya agar meridloi perbuatan dan kepergian anaknya itu.

Dari keagungan dan ke-luarbiasaan posisi ibu itu kita dituntut bahkan wajib untuk selalu membuatnya tesenyum penuh kebahagiaan. Menghapus jejak-jejak kesengsaraan yang dialaminya. Mensyukuri pemberian kasih sayangnya dalam bentuk nyata. Selalu mengenangnya dalam realitas kehidupan kita, baik dalam keadaan suka dan duka. Dan yang terpenting kita melakukan hal-hal yang beliau inginkan, jangan sampai kekecewaan menyelimutinya, sehingga dapat melukai hatinya.

Semua itu adalah bagian dari kado terindah untuk ibu. Ya walaupun tidak dapat menebus jasa-jasa beliau. Jadikanlah moment ini sebagai renungan reflektif bagi kita. Sudahkah kita membuat ibu tersenyum? Sudahkah  kita berkorban demi ibu sebagaimana beliau berkorban demi kita? Sejauh mana pengorbanan itu? Dan beberapa pertanyaan yang lain akan muncul kepermukaan hati jika kita meluangkan sedikit waktu apalagi banyak untuk melakukan perenungan.

SELAMAT HARI IBU!

Mohammad Hafidz Anshory, Mahasiswa Syareah Universitas Al-Ahgaff  Yaman      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar