Kenapa saya berada? Apa fungsi  dan misi saya dalam hidup ini? Pertanyaan ini wajib dan harus manusia tanyakan pada dirinya sendiri, dan kemudian berfikir matang untuk menjawabnya.
Setiap kebodohan dalam diri manusia bisa ditolerisasi kecuali kebodohannya tentang rahasia hidup, tujuan hidup dan fungsi hidupnya dalam dunia ini.
Termasuk dari kesalahan besar dan besar jika hidupnya penuh dengan kealpaan dan keegoisan. Makan dan bersenang-senang seperti hewan peliharaan tak pernah berfikir tentang perjalanan hidupnya, tak pernah tahu tentang hakikat hidupnya dan tak mau menyadari tentang peranan dan fungsi hidupnya sampai ajal menjemputnya. Sehingga hidupnya penuh dengan kebodohan dan keberpalingan.
 Dari itulah, seharusnya manusia sebagai hewan yang berakal selalu melakukan perenungan tentang dirinya kemudian bertanya; Siapakah saya? Darimana saya?  siapa yang menciptakan saya? Apa peranan saya setelah saya diciptakan? Dan kepada siapakah saya kembali? Kenapa aku diciptakan? Apa tujuan diciptakanku kedunia ini?
Beberapa pertanyaan diatas kemudian disingkat oleh pemikir dan filosof menjadi tiga pertanyaan, Darimana saya? Mau kemana saya? Dan kenapa saya diciptakan?
Nah, ketiga pertanyaan itulah yang seharusnya menyertai hidup manusia dan kemudian mencari jawaban yang tepat untuknya. Berikut adalah penjabaran dari ketiga pertanyaan diatas.
Darimana?
Pertanyaaan ini sangat bermasalah bagi kelompok materialism yang tidak beriman kecuali pada hal-hal yang bisa dilihat dan diraba. Mereka tidak peduli panggilan fitrahnya , mereka mengagung –agungkan akalnya yang pada akhirnya mereka dalam kebutaan yang mendalam, sehingga mereka mengatakan bahwa alam dan seisinya yang penatannya penuh dengan keindahan terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.
Berbeda dengan mereka yang peduli dan memperhatikan panggilan suara fitrahnya. Mereka menegaskan bahwa dibalik keindahan alam dan seisinya ini ada dzat yang menciptakan, mengatur dan menjaganya yang kepadanyalah hati nurani manusia berelasi dengan penuh pengagungan, harapan, tawakkal dan pertolongan.
Hal itulah yang mereka rasakan dalam hati nurani mereka dengan secara mendasar. Dan inilah agama Allah yang disinyalir dalam al-Quran surat arruum sebagai berikut, yang artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ( Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Tak dapat dipungkiri bahwa panggilan fitrah itu berada dan berbisik dalam diri manusia baik dalam keadaan senang maupun susah. Buktinya, ketika ia mengalami suatu kejadian  yang terus-menerus, takut kembali pada kejadian yang menakutkan dan harapannya dikecewakan oleh manusia sekitarnya maka saat itulah panggilan suara fitrah itu menjerit-jerit mengadu kepada sang pemilik segala alam.
Suatu ketika, ada seorang bertanya kepada Ja'far al-shodiq RA. tentang eksistensi Allah. Seorang itu mengakatakan: apakah kamu pernah mengengarai perahu?. Ja'far al-shodiq RA. Menjawab ia. Kemudian seorang itu bertanya lagi: apakah pernah terlintas dalam benak anda, bagaimana andaikata perahu yang anda tumpangi ini diserbu angin besar kemudian terbalik sementara pada saat itu tidak ada cara atau seseoranng yang dapat menolongnya? Dia menjawab, ia. Terus pertanyaan terakhir yang dilontarkan seorang itu adalah, apakah anda merasa saat itu aka ada dzat yang dapat menolongmu jika ia berkehendak? Dijawab oleh Ja'far al-shodiq RA. Betul. Nah, itulah Allah, cetus seorang itu.
Kenyataan diatas telah diperkuat oleh beberapa ayat al-Quran diantaranya adalah surat azzumar, yang artinya: Dan apabila manusia itu ditimpa kemudoratan,dia memohon (pertolongan) kepada Tuhan-nya dengan kembali kepada-Nya.
Ahli fisika, filsafat, dan ahli sejarah keagamaan juga sudah pada mengakui bahwa sangatlah tidak masuk akal jika alam ini terjadi dengan sendiri dan kebetulan, pasti ada dzat yang menciptakan dan mengaturnya. Karena akal mereka juga pada mengakui tentan teori klausalitas. Maka, Sangatlah aneh dan mungkin bisa dikatakan gila jika ada seorang mengaku ada buatan akan tetapi tidak ada pembuatnya.
Dari itu semua dapat ditarik kesimpulan bahwa iman terhadap eksistensi Allah adalah merupakan suatu kewajiban dan bersifat dhorury. Karena akal yang cerdas dan murni tidak menerima jika iman kepada Allah merupakan suatu keharusan dengan bukti-bukti ciptaannya yang sangat indah dan mengasyikkan.
Mau kemana?
Pada pertanyaan yang kedua pun kelompok materialism juga menyalahkan dan berusaha untuk menjawab dengan jawaban yang merendahkan dan membuat manusia hina. Dengan gampangnya mereka mengatakan: perjalanan manusia manusia berakhir sesuai dengan akhir hidupnya. Dia akan kembali lagi ke asalnya menjadi debu yang berterbangan dibawa angin tanpa ada konsekwensi selanjutnya.
Begitulah cerita manusia menurut mereka. Antara satu dengan yang lainnya tiada beda. Antara yang  seluruh hidupnya diabdikan dan antara yang semasa hidupnya cuman bikin kerusakan dan menyengsarakan orang lain, antara yang pejuang dan yang penghianat, semuanya sama tanpa ada penghargaan dan balasan apapun. Kalau begitu mengapa mereka manusia dibedakan dengan diberi akal dari yang lainnya?
Adapun bagi mereka yang beriman, mereka tahu akan kembali kemana, mereka sadar bahwa mereka tidak diciptakan bukan untuk dunia tapi mereka mengerti betul jika dunia itu diciptakan untuknya. Dan lebih dari itu sampai pada  akhir pemahaman dan kesimpulan bahwa mereka diciptakan untuk kehidupan abadi (akhirat) sementara hidup di dunia ini cuman sebagai ladang persiapan  untuk dijadikan bekal menuju kesana, sampai akhirnya mereka menyandang kalung yang betuliskan salamun alaikum, tibtum fadkhuluha kholidiina.
Sulit bagi akal yang kotor mempercayai dan mengimani sang pencipta yang menciptakan alam ini dengan penuh penataan yang sangat indah sekali jika masih mempercayai bahwa kehidupan ini akan berakhir dengan kefanaan, jika  masih mengimani bawa tak akan tangan tuhan yang akan membalas orang-orang yang sukanya mencuri, merampok, mencopet dan membuat krusakan yang lainnya, dan juga tak ditemukan pertolongan Allah bagi orang-orang yang lemah dan terdholimi.
Hal ini adalahl abast, kesia-kesiaan dan mainan. Sementara Allah jauh dan disucikan dari itu semua sesuai dengan firmannya yang artinya adalah sebagai berikut, Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban). Dan banyak lagi ayat yang menyinggung tentang hal ini.
Dan kenapa manusia itu diciptakan
Pertanyaan ketiga inilah yang wajib manusia tanyakan setelah ia tahu tentang dirinya sebagai karya cipta dari sang pencipta Alla azza wajalla. Kenapa ia diciptakan kedunia ini? Kenapa ia dibedakan dari jumlah karya cipta yang lainnya?  Dan apakah misi dan fungsi saya didunia ini?
Jawabannya adalah bahwa setiap pencipta  pasti tahu tentang rahasia ciptaannya dengan bentuknya yang berbeda-beda. Sedangkan Allah adalah satu-satunya dzat yang menciptakan, mengatur dan menjaga manusia. Kemudian coba kita tanyakan, ya Allah kenapa engkau menciptakan manusia? Apakah engkau menciptakannya untuk makan dan minum saja? Apakah engkau ciptakan cuman untuk mainan saja? Dan beberapa pertanyaan yang lainnya.
Dengan halusnya Allah membantah semua pertanyaan itu dengan ayat yang artinya:
Ingatlah ketika tuhanmu berfiraman kepada para malaikat, "sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata " mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan engkau?" Tuhan berfirma,"sesungguhnya aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.
Ayat diatas sudah sangat jelas mengatakan bahwa peranan, misi dan fungsi manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah yang ditugas langsung oleh Allah azza wajalla. Namun hal pertama yang perlu diperhatikan dengan tajam oleh manusia sebagai khalifah adalah mengetahui Tuhannya dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan benar. Karena hal itu merupakan panggilan awal dari setiap risalah kenabian yang dikuatkan oleh firmannya yang artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan akau tidak menhendaki supaya mereka memberi aku makan. Wallahu a'lam
Semoga bermanfaat…………….!

Mohammad Hafidz Anshory, Mahasiswa Fakultas Syareah Universitas Al-Ahgaff Yaman